COVID-19 DALAM KEHIDUPANKU
Tahun 2020 seluruh
dunia terguncang oleh suatu penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus.
Virus itu bernama corona atau Covid-19. Menyebarnya virus ini bermula dari Kota
Wuhan, Tiongkok akhir Desember 2019 lalu yang menyebabkan 82.160 orang terpapar
dan lebih dari 3.300 orang meninggal dunia (sumber: liputan6.com 13/4/2020).
Menurut Ketua WHO, Tedros Adhanom
Ghebreyesus dalam suatu pertemuan di Jenewa seperti dikutip AFP, Selasa
(11/2/2020), “Covid-19” merupakan
singkatan dari ‘Co’ yang artinya ‘Corona’, ‘Vi’ yaitu ‘virus’, dan “d” untuk
‘disease’ artinya penyakit, sedangkan “19”
adalah tahun penemuannya di Kota
Wuhan, Cina, pada 31 Desember 2019. Virus ini menyebar dengan cepat dan lebih
dari 118 negara di dunia terkena dampaknya sehingga Tedros Adhanom Ghebreyesus,
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Covid-19
sebagai pandemi global (sumber: kompas.com 12/3/2020).
Menurut beberapa
referensi, virus corona atau Covid-19
menyerang sistem pernapasan manusia. Mungkin kita pun masih ingat pada kerabat
virus ini beberapa tahun lalu sebagai penyebab SARS dan MERS yang dinyatakan
berasal dari hewan, lalu menular ke manusia. Keberadaan Covid-19 yang mematikan
ini telah banyak menyita perhatian dunia. Karena Virus corona ini tergolong
sadis, dapat mematikan atau dapat menyebabkan luka permanen pada paru-paru
pasien yang sudah terinfeksi dan sembuh.
Indonesia menjadi
salah satu negara yang terkena dampak cukup parah. Jumlah kasus positif
covid-19 tercatat 4.557 orang dan 399 orang meninggal dunia. Hal tersebut
berdasarkan data yang disampaikan oleh juru bicara pemerintah Indonesia untuk
penanganan covid-19 Achmad Yurianto melalui konferensi pers di Gedung BNPB
Jakarta Timur, Senin (13/4/2020). Berkaitan dengan penanggulangan pandemi
covid-19, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menerbitkan Peraturan
Pemerintah tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Peraturan tersebut
diambil oleh dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Penyakit Covid-19
telah menggerakkan para kepala negara untuk cepat tanggap dan peduli atas
keselamatan rakyatnya. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai pengumuman untuk
meliburkan sekolah, meniadakan kuliah tatap muka, larangan terlibat dalam
keramaian, termasuk larangan ke luar negeri, baik untuk umrah, rekreasi,
ataupun hanya untuk kunjungan biasa. Peraturan atau kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah tentu sangat berpengaruh terhadap segala sektor,
termasuk perekonomian dan kehidupan sosial dalam masyarakat. Salah satunya
terhadap kehidupan seorang perempuan yang disebut “Ibu” yang awalnya hanya
sebagai seorang ibu pekerja menjadi ibu rumah tangga dan pekerja. Seperti
diriku ini contohnya.
Ada informasi dari
luar negeri bahwa hasil Survei yang dilakukan oleh Motherly, sebuah media gaya
hidup ibu dan anak, 74% ibu di AS mengatakan mereka merasa mentalnya lebih
buruk sejak adanya pandemi Corona. 30% dari ibu yang bekerja penuh waktu
mengatakan penyebab utama stres yang mereka alami adalah karena kewajiban untuk
merawat anak, kemudian diikuti oleh kekhawatiran seputar kesehatan mental dan
kesejahteraan anggota keluarga. Pandemi Corona tidak hanya berimbas pada
kekerasan yang harus diterima oleh perempuan saja. Lebih jauh lagi, Caitlyn
Collins, seorang sosiolog Universitas Washington dalam penelitiannya berjudul
“Covid-19 and The Gender Gap in Work Hours” menyebutkan pandemi memperlebar
kesenjangan jam kerja sebanyak 50%.
Collins menyebutkan
para ibu harus mengurangi jam kerjanya sebanyak empat hingga lima kali lebih
banyak dibandingkan dengan ayah. Sebaliknya, jam kerja ayah cenderung lebih
stabil meskipun sedang dalam masa pandemi. Para ibu harus mengurangi jam
kerjanya sebanyak 5% atau setara dengan dua jam per minggu. Hal itu karena ibu
harus mengurus semua pekerjaan domestik, termasuk mengurus anak. Tidak heran
jika berkurangnya jam kerja banyak terjadi pada ibu yang memiliki anak usia
sekolah atau balita yang membutuhkan bimbingan yang intens dari ibu.
Berkurangnya jam kerja perempuan yang sekaligus juga berperan sebagai ibu tak
ayal akan berdampak pada kariernya. Kondisi ini terjadi dimananpun dan apapun
pekerjaan seorang perempuan.
Dampak ini juga
mengimbas kepadaku selaku perempuan pekerja (guru) dan ibu dari anak-anak yang
masih bersekolah. Selama Pandemi Covid-19 ini kehidupanku yang dimulai pukul
07.00 sampai 15.45 WIB biasanya berada di sekolah untuk bekerja, sekarang
berubah menjadi 24 jam aku full sekolah dengan anak-anak dan sekolah dengan
murid-murid. Biasanya masak hanya 1 kali untuk 3 kali makan (sarapan, makan
siang, dan sore) sekarang bisa masak 3 kali dengan 3 menu sesuai keinginan
anak-anak.
Dimulai pukul 06.00
menyiapkan sarapan dan menunggu tugas anak-anak dan mendampingi sebentar dengan
mengarahkan maksud dari penugasan bapak/ibu guru sekolahnya. Setelah itu
berangkat ketempat kerja dan melayani kebutuhan murid (memberikan materi dan
penugasan sesui RPP). Setelah pukul 13.00 pulang ganti membuatkan makan sisang
anak-anakuk di rumah dan mengoreksi tugas anak-anakku. Setelah Magrib dan
menyiapkan makan malam ganti mengoreksi dan mendata tugas yang diberikan ke
murid ditempat kerja. Begitu selalu selama 6 hari kerja. Dan Alhamdulillah
berhasil dengan baik dan semoga akan indah pada waktunya.
Dampak secara positif yang dapat aku
rangkum sebagai berikut:
1. Lebih
dekat dengan anak-anak dan keluarga
2. Bisa
membimbing langsung dan mengamati kondisi perkembangan anak-anak
3. Bisa
menjadi chef handal bagi anak-anakku karena tidak jajan diluar
4. Serasa
muda lagi karena ketemu dengan himpunan, metamorphosis, gerak non lokomotor,
buat puisi, cerpen dan lain-lain
5. Bisa
mengikuti kegiatan dan dapat sertifikat tanpa harus tatap muka
6. Bisa
ikut pelatihan ODOP Batch 8
7. Mengurangi
dosa karena tidak mungkin marah-marah sama siswa disekolah dengan mengetik
melalui WA yag ada hanya kalimat “Terima
kasih nak kamu hebat sudah mengumpulkan tugas”
8. Bisa
irit kosmetik 😆
9. Terbiasa
menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga
10. Banyak
“me time” bisa dilakukan disela-sela mendampingi anak-anak
Adapun dampak negatif dari adanya
Covid-19 padaku antara lain:
1. Pergerakan terbatas (untuk bekerja hanya melalui vicon, WA, dan GC saja) tidak bisa bertemu langsung dengan murid-murid sehingga apa yang dimaksudkan belum sepenuhnya diterima murid dengan baik.
2. Pengeluaran lebih banyak meskipun diirit tetap saja karena harga barang juga naik terutama untuk membuatkan jajan di rumah bagi anak-anakku 😊
3. Belajar materi SD dan SMP agar bisa mendampingi anak-anakku padahal usia sudah kepala 4
4. Banyak keperluan belanja diluar keperluan rutin
Nah itu sebagian yang
kurasakan selama kondisi pandemic Covid-19. Semoga segera berlalu dan tidak
bermutasi menjadi virus-virus yang lain. Semoga semua keluarga tetap terjaga
kesehatannya. Akhirya, kita pasti akan kembali kepada Allah, Sang Pencipta.
Jika waktu itu telah tiba maka tak seorang pun mampu mencegahnya. Namun,
sebagai manusia kita harus berusaha untuk terhindar dari penyakit dan menjaga
umur dengan baik.Aamiin
#ODOP
#ODOPtantangan pekan 9
#One Day One Post Batch 8
Tulisan mbak Devi ternyata lebih rapi dan banyak datanya yg disuguhkan, nggak kayak punyaku yg isinya curhat ><
BalasHapusterakhir curhat juga kok ... kan memang berdampak banget
Hapus