SFBC (SOLUTION FOCUSED BRIEF COUNSELING)

 

SFBC (SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING) kalau diartikan dalam bahasa Indonesia adalah konseling singkat berpusat pada solusi. SFBC merupakan merupakan pengembangan dari pendekatan konseling post modern. Mengapa pendekatan konseling ini dikembangkan? Berdasarkan suatu pandangan bahwa kebenaran dan realitas bukanlah sesuatu ynag bersifat absolute, namun dapat dikontruksikan. Namun banyak ahli yang sudah mengembangkan menjadi berbagai pendekatan yang dilihat dari banyak sudut pandang.                Top of FormBottom of Form

Dalam beberapa literatur pendekatan SFBC juga disebut sebagai Terapi Konstruktivis (Constructivist Therapy), ada pula yang menyebutnya dengan Terapi Berfokus Solusi (Solution Focused Therapy), selain itu juga disebut Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution Focused Brief Counseling) dari semua sebutan untuk SFBC sejatinya semuanya merupakan pendekatan yang didasari oleh filosofi postmodern sebagai landasan konseptual pendekatan-pendekatan tersebut.

Seperti pendekatan yang lain perlu mengenal hakikat manusia ditinjau dari pendekatan SFBC. Manusia adalah makhluk yang sehat, kompeten, dan memiliki kapasitas untuk membangun, merancang, serta mengkonstruksi solusi-solusi, sehingga ia tidak terus menerus berkutat dalam masalah-masalah yang sedang ia hadapi. Manusia tidak perlu terpaku pada masalah, namun lebih baik berfokus pada solusi, bertindak dan mewujudkan solusi yang diinginkan.

Terapi singkat berfokus solusi pada didasarkan pada asumsi optimis bahwa orang yang sehat dan kompeten memiliki kemampuan untuk membangun solusi yang dapat meningkatkan kehidupan mereka. Inti dari terapi yakni membangun harapan dan optimisme konseli dengan menciptakan ekspektasi positif bahwa perubahan itu mungkin. SFBC adalah pendekatan non patologis yang menekankan kompetensi daripada kekurangan dan kekuatan bukan kelemahan (Metcalf, 2001).

Solution Focused Brief Counseling  (SFBC) tidak mengemukakan teori mengenai struktur kepribadian. Konseling ini hanya berfokus pada memfasilitasi konseli untuk mengkonstruksi solusi dari masalahnya. Bisa dilihat dari pribadi yang sehat dan pribadi yang bermasalah.

Pribadi sehat, Pribadi yang mampu (kompeten), memiliki kapasitas untuk membangun, merancang ataupun mengkonstruksikan solusi-solusi, sehingga individu tersebut tidak terus menerus berkutat dalam problem-problem yang sedang ia hadapi. Pribadi yang tidak terpaku pada masalah, namun ia lebih berfokus pada solusi, bertindak dan mewujudkan solusi yang ia inginkan.

Pribadi bermasalah, Individu menjadi bermasalah karena ketidakefektifannya dalam mencari dan menggunakan solusi yang dibuatnya. Individu menjadi bermasalah karena ia meyakini bahwa ketidakbahagiaan atau ketidaksejahteraan ini berpangkal pada dirinya.

Tujuan SFBC antara lain adalah:

1.     Mengubah situasi atau kerangka acuan; mengubah perbuatan dalam situasi yang problematis, dan menekankan pada kekuatan konseli.

2.    Membantu konseli untuk mengadopsi sebuah sikap dan mengukur pergeseran dari membicarakan masalah-masalah pada membicarakan solusi.

3.    Mendorong konseli untuk terlibat dalam perubahan dan membicarakan solusi daripada membicarakan masalah.

SFBC mencerminkan beberapa gagasan dasar tentang perubahan, tentang interaksi, dan mencapai tujuan. Terapis berfokus solusi percaya bahwa individu memiliki kemampuan untuk menentukan tujuan pribadi yang berarti dan memiliki sumber daya yang diperlukan untuk memecahkan masalah mereka. Tujuan adalah unik untuk setiap konseli dan dibangun oleh konseli untuk menciptakan masa depan yang lebih baik (Prochaska & Atlanta dalam Corey 2009). Kurangnya kejelasan tentang preferensi konseli, tujuan, dan hasil yang diinginkan dapat mengakibatkan keretakan antara konselor dan konseli. Dari kontak terlebih dulu dengan konseli, konselor berusaha untuk menciptakan iklim yang akan memfasilitasi perubahan dan mendorong konseli untuk berpikir dalam berbagai kemungkinan.

Menurut de Shazer (Seligman 2006) SFBC bisanya berlangsung dalam tujuh tahap:

 

a.  Identifying a solvable complaint. Mengidentifikasi keluhan yang bisa dipecahkan merupakan langkah awal yang penting dalam konseling. Tidak hanya memfasilitasi pengembangan tujuan dan intervensi, tetapi mempromosikan perubahan. Konselor mungkin bertanya, “Apa yang menyebabkan Anda untuk membuat janji sekarang?” bukan “Apa masalah yang mengganggu Anda?” atau bertanya, “Apa yang ingin Anda ubah?” bukan “Bagaimana saya bantu?”.

 

b.  Establishing goals. Menetapkan tujuan melanjutkan proses konseling. Konselor berkolaborasi dengan konseli untuk menentukan tujuan yang spesifik, dapat diamati, diukur, dan konkret Tujuan biasanya mengambil salah satu dari tiga bentuk: mengubah dari situasi problematis; mengubah tampilan situasi atau kerangka acuan, dan mengakses sumber daya, solusi, dan kekuatan

 

c.  Designing an intervention. Ketika merancang intervensi, konselor menggambar pada pemahaman mereka tentang konseli dan penggunaan kreativitas strategi terapi untuk mendorong perubahan, tidak peduli seberapa kecil.

 

d.  Strategic task that promote change. Tugas strategis kemudian mempromosikan perubahan. Biasanya ini ditulis sehingga konseli dapat memahami dan menyetujuinya. Tugas secara hati-hati direncanakan untuk memaksimalkan kerja sama konseli dan sukses. Orang dipuji atas upaya keberhasilan dan kekuatan mereka untuk menggambar di dalam menyelesaikan tugas.

 

e.  Identifying dan emphazing new behavior and changes. Perilaku baru yang positif dan perubahan diidentifikasi serta ditekankan ketika konseli kembali setelah diberi tugas. Pertanyaan fokus pada perubahan, kemajuan, dan kemungkinan dan mungkin termasuk “Bagaimana Anda membuat hal itu terjadi?”, “Siapa yang melihat perubahan?”, dan “Bagaimana sesuatu yang berbeda ketika Anda melakukan itu?”

 

f.  Stabilization, Stabilisasi adalah penting dalam membantu orang mengkonsolidasikan keuntungan dan secara bertahap beralih perspektif ke arah yang lebih efektif dan penuh harapan. Selama tahap ini, konselor mungkin benar-benar menahan kemajuan dan kemunduran konseli.

 

g.  Termination, Pengakhiran konseling terjadi, sering diprakarsai oleh konseli yang kini telah mencapai tujuan mereka.

Dalam aplikasinya, pendekatan SFBC memiliki beberapa teknik intervensi khusus. Teknik ini dirancang dan dikembangkan dalam rangka membantu konseli untuk secara sadar membuat solusi atas permasalahan yang dihadapi. Menurut Corey (2009) teknik SFBC adalah:

 

a.  Pertanyaan Pengecualian (Exception Question)

Terapi SFBC menanyakan pertanyaan-pertanyaan exception untuk mengarahkan konseli pada waktu ketika masalah tersebut tidak ada atau ketika masalah tidak begitu intens.  Exception merupakan pengalaman-pengalaman masa lalu dalam kehidupan konseli ketika pantas mempunyai beberapa harapan masalah tersebut terjadi, tetapi bagaimanapun juga tetap tidak terjadi (de Shazer dalam Corey 2009). Eksplorasi ini mengingatkan konseli bahwa masalah-masalah tidak semua kuat dan tidak selamanya ada, tetapi juga memberikan kesempatan untuk membangkitkan sumber daya, menggunakan kekuatan-kekuatan dan menempatkan solusi-solusi yang mungkin. Dalam kosa kata fokus solusi, ini disebut change-talk (Andrews & Clark dalam Corey 2009).

 

b.  Pertanyaan Keajaiban (Miracle Question)

Miracle question merupakan teknik utama SFBC. Konselor meminta konseli untuk mempertimbangkan bahwa suatu keajaiban membuka berbagai kemungkinan masa depan. Konseli didorong untuk membiarkan dirinya bermimpi sebagai cara untuk mengidentifikasi jenis perubahan yang paling mereka inginkan. Pertanyaan ini memiliki fokus masa depan di mana konseli dapat mulai untuk mempertimbangkan kehidupan yang berbeda yang tidak didominasi oleh masalah-masalah masa lalu.

 

c.  Pertanyaan Berskala (Scalling Question)

Terapis berfokus solusi juga menggunakan scalling question ketika perubahan dalam pengalaman manusia tidak mudah diamati, seperti perasaan, suasana hati (mood), atau komunikasi (de Shazer & Berg dalam Corey 2009). Scalling question memungkinkan konseli untuk lebih memperhatikan apa yang mereka telah lakukan dan bagaimana meraka dapat mengambil langkah yang akan mengarahkan pada perubahan-perubahan yang mereka inginkan.

 

d.  Rumusan Tugas Sesi Pertama (Formula Fist Session Task/FFST)

FFST adalah suatu format tugas yang diberikan oleh terapis  kepada konseli untuk diselesaikan pada antara sesi pertama dan sesi kedua. Konselor dapat berkata : “Antara sekarang dan pertemuan kita selanjutnya, saya ingin Anda dapat mengamati sehingga Anda dapat menjelaskan kepada saya pada pertemuan yang akan datang, tentang apa yang terjadi pada (keluarga, hidup, pernikahan, hubungan) Anda yang diharapkan terus terjadi” (de Shazeer, 1985 dalam Corey 2009). Pada sesi kedua, konseli dapat ditanya tentang apa yang telah mereka amati dan apa yang mereka inginkan dapat terjadi di masa mendatang.

 

e.  Umpan Balik (Feedback)

Para praktisi SFBC pada umumnya mengambil istirahat 5 sampai 10 menit menjelang akhir setiap sesi untuk menyusun suatu ringkasan pesan untuk konseli. Selama waktu ini terapis memformulasikan umpan balik yang akan diberikan pada konseli setelah istirahat.

Kelemahan dan kelebihan SFBC berikut ini bisa dipakai untuk menentukan pendekatan yang akan digunakan oleh seorang konselor.

1.  Kelebihan

Berfokus pada solusi.

Treatment terfokus pada hal yang spesifik dan jelas.

Penggunaan waktu yang efektif.

Berorientasi pada di sini dan sekarang (here and now).

Penggunaan teknik-teknik intervensi bersifat fleksibel dan praktis.

2.  Kelemahan

Konseling bertujuan tidak secara tuntas menyelesaikan masalah konseli.

Keterbatasan waktu yang menjadi orientasi penggunaannya.

Dalam penerapannya menuntut keterampilan konselor dalam penggunaan bahasa.

Menggunakan teknis-teknis keterampilan berfikir (mind skills).

 

 

 Sumber referensi:

1.     SFBC Konseling singkat berfokus solusi karya Mulawarman Ph.D tahun 2019

2.    https://bambangdibyo.wordpress.com/2014/12/13/konseling-singkat-berfokus-solusi-solution-focused-brief-counseling

Komentar