Review- GURU (harus) KE LUAR NEGERI !!

 


Identitas Buku

1.      Penulis                         : Nurmalahayati

2.     Penerbit                      : CV. Cipta Media Edukasi (Group Pustaka Media Guru –anggota IKAPI)

3.     Jumlah Halaman       : 185 halaman

4.     Tanggal terbit           : Maret 2018

5.     Edisi                            : cetakan ke dua

6.     Nomor ISBN              : 978-602-5764-08-0

Profil Penulis:  

Nurmalahayati, S.Pd. biasa dipanggil Santi, lahir di Jakarta, 18 November 1982. Setelah menamatkan di SMUN 81 jakarta, beliau lanjut ke Univeritas Negeri Jakarta dengan jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan tahun 2002. Selama di Jakarta beliau aktivis berbagai kegiatan antara lain Relawan LSM PKBI DKI Jakarta, Fasilitator konseling kelompok di Lapas Anak dan wanita Tangerang, Konvensi Hak Anak, dan sebagainya. Beliau Hijrah ke Surabaya sejak tahun 2007 menjadi guru BK di SMAN 15 Surabaya.

Pada tahun 2014 mengikuti Surabaya City GTCDP di Busan, Korea selatan sebagai program kerjasama sister city Surabaya dan Busan. Lalu berlanjut ke MGBK Surabay. Menjadi Instruktur dan narasumber  di Guru Pembelajar dan PKB BK SMA sampai sekarang.

Sinopsis:

Guru harus ke luar Negeri !! menceritakan kebijakan dan inovasi pendidikan terbaru di Korea yang disampaikan oleh pengambil kebijakan, peneliti dan praktisinya secara langsung. Best praktis dari pelaku pendidikan di Korea juga sangat relevan dengan isu pendidikan terkini di tanah air. Bagaimana Full day school ala Korea? Seperti apakah perpustakaan sekolah terbaik di Korea?? Bagaimana etika ber-internet diajarkan di sekolah-sekolah Korea? Apa saja kebijakan untuk membuat siswa di korea melek akan karir masa depan? Semua akan terjawab tuntas dalam catatan perjalanan sang guru. Untuk pembaca yang ingin tahu seluk beluk realita pendidikan di Korea, untuk guru yang selalu ingin mengup grade wawasannya, untuk pengambil kebijakan yang ingin membuat terobosan, buku ini sungguh penting di baca.

 Apa yang aku suka dari tulisan mbak Santi ini?

Sebenarnya karena sama hobby nonton drakor, dan beliau mewujudkannya ke Busan. Tulisan Mbak Santi ini mengalir seolah-olah saya ikut ke Busan juga. Padahal tidak kesana loh.  Bagian Buku ini yang paling kau sukai:

1.     Catatan 2: Ramadhan, lebaran dan pelatihan di Busan korea selatan

Bayangkan disaat itu harusnya di rumah tetapi masih di luar negeri untuk mencari pengalaman baru, betapa sulitnya berada jauh dari keluarga dim omen itu. Rata-rata ibu-ibu muda yang berangkat. Bisa dirasakan jauh dari keluarga seperti apa perjuangannya.

2.    Catatan  5: Pendidikan etika berinternet ala Korea

Namanya Nethich education, dan diterapkan disemua jenjang pendidikan di Korea. Ada 4 ruang lingkup dalam pendidikan etika berinternet di Korea yaitu Etika menggunakan Internet, perlindungan privacy, hak cipta dan kecanduan Internet. Ha ini karena penggunaan internet di Korea berada di tingkat 4 diantara Negara-negara OECD.

3.    Catatan 9: Orang-orang tua di kursi prioritas

Entah apa yang ditanamkan di Korea, jika tertulis untuk ibu hamil atau prioitas maka tidak ada yang mau duudk dikursi itu (dalam tranpostasi darat). Saat naik tangga dan ada escalator itupun digunakan untuk para orang tua (manula) sementara yang muda nik tangga. Wow keren tertib sekali diceritakan dicatatan 9 ini tentang bagimana transportasi umum digunakan sesuai petunjuk.

4.    Catatan 17: Alangkah murahnya hidup di Indonesia

Alhamdulillah, itu disampaikan dulu. Ternyata saat itu nilai tukar rupiah dengan Won 12,4. Terbayang gak kalau beli barang seharga 9000 won ternyata sama dengan 111.000 rupiah loh … duch sepertinya murah kalau dikalikan rupiah menjadi mahal ya …

Nah itu serangkaian tentang buku “GURU HARUS KE LUAR NEGERI-CETAKAN KEDUA” yang ingin tahu tentang pendidikan di Korea bisa mengintip ya buku ini. Buku ini khusus di bandrol 50 K saat itu … jika menginginkan buku ini bisa langsung hubungi mbak Santi ya di Fb Santi Nurmalahayati.

Komentar

  1. Aku baru tahu ada etika untuk berinternet ria.netich. ini belum diberlakukan di Indonesia ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. belum ... kalau di Korea memang ada itu dikarenakan banyaknya bullying ynag terjadi di medsos dan berakhir seperti itu

      Hapus
  2. wah mudah-mudahan bisa ke korea untuk belajar dan jalan-jalan :)

    BalasHapus
  3. Jadi menambah wawasan dan informasi lebih dari salah satu negara di dunia:)

    Trims kak

    BalasHapus
  4. Wah, kayaknya aku juga harus baca buku ini deh. Biar tahu komparasi gitu, antara sistem pendidikan di sini sama di Korea.

    BalasHapus
  5. Mereka patuh banget untuk gak duduk di kursi prioritas. Keren.

    BalasHapus
  6. Jadi pengen bertualang ke Korea...

    BalasHapus
  7. Jadi bisa mengetahui keadaan negara luar. Mksh kak

    BalasHapus
  8. Wah keren nih kak, jadi pengen baca lebih dalam bukunya...

    BalasHapus
  9. bagus nih, bikin jadi pengen baca bukunya beneran

    BalasHapus
  10. Saya berharap program pemerintah untuk pertukaran guru atau program sister city seperti Surabaya City GTCDP di Busan bisa lebih banyak lagi diadakan di Indonesia.
    Mudah mudahan setelah corona berakhir, makin banyak lagi buku semodel ini diterbitkan.

    BalasHapus
  11. bagus nih kak semangat nulis sangat menginspiratif

    BalasHapus

Posting Komentar