AKU CEMBURU-part 3
Part 3
Prambudi POV
Arini, wanita yang menurutku aneh dan
membuatku penasaran. Aku mengejarnya tanpa tahu apa yang diinginkannya. Dan dia
menerimakupun tanpa beban. Kukira saat itu dia memang benar-benar tulus
mencintaiku, namun aku baru tahu dia hanya mencari pijakan padaku. Entah
mengapa aku tidak pernah marah padanya. Apa aku yang aneh ya ????
“Pram, kita putus saja ya … dan berteman
saja”, itu kata Arini saat makan siang bersama. Dech atiku tidak siap dan
terkejut.
“Apa-apa yang terjadi Arini? Mengapa kamu
berkata seperti itu?”
“Kukira kita tidka bisa berpacaran yang
sewajarnya”
“Maksudmu berpacaran sewajarnya itu apa?”
“Entahlah … aku tidak merasakan debaran
sama sekali jika bersamamu, namun…”, kau gantung kalimatmu dengan memainkan
makanan di depanmu. Kata yang akan kau ucapkan selanjutnya membuatku sedikit
pilu dengan dugaan.
“mungkin aku menyukai orang yang sudah
punya kekasih … tetapi denganmu aku bingung … gak ada reaksi atau debaran yang
membuatku salah tingkah … kupikir memang kita gak pas untuk menjalin hubungan
ini”, terang Arini dengan menatapku. Apa maksudnya? Apakah oranag suka sesulit
itu?
“Pram, semakin kita selalu bersama aku
semakin merasa bersalah padamu”
“Apa kau mencintai orang lain?”, bodoh
sekali mengapa aku harus bertanya seperti itu? Bagaiman reaksi Arini? Kulihat
wajahnya tiba-tiba memerah dan tersenyum penuh arti. Apa-apan ini?
“Ada, dan sejak dulu …”, kata Arini
dengan mata menerawang jauh dibelakangku. Tapi aku gak berani menoleh sama
sekali. Karena aku tahu siapa yang dilihatnya. Fahri. Aku hanya bisa menghembuskan
nafas dalam-dalam. Benar mungkin aku bodoh dan tidak tahu tentang hubungan yang
sebenarnya. Selama ini aku tahu semua ornag menyukai Fahri. Dia memang paling
menonjol diantara semua pegawai disini. Hubunganku dengan Arini memang
sepertinya agring atau hanya sekedarnya. Pernah kuajak nonton dia gak pernah
mau karena lebih suka menonton dari rumah irit. Pernha tiba-tiba dia mengajakku
menonton dan aku baru tahu ternyata Fahri sedang menonton dengan istrinya
Jihan. Istrinya .. iya Fahri emang sudah beristri tetapi mengapa semua pegawai
cewek ini kok suka padanya. Aneh? Hubunganku dengan Arini sebenarnya juga tidak
terlalu jauh … sekedar makan siang bersama … namun mata Arini selalu memandang
Fahri.
Siang
itu setelah makan siang dengan Arini, aku berniat membeli kopi deadpan kantor
untuk ku bawa ke atas menemani ku yang rencananya mau lembur. Namun saat di
lobby kulihat Jihan istri Fahri masuk dengan wajah sedikit memerah. Ya sedikit
sich … tiba-tiba kakiku melangkah pergi mengikutinya … ternyata dia naik ke
atas. Entah firasatku yang buruk aku berlari naik tangga untuk ke atas. Sesampainya
diatas ternyat lift yang dinaiki Jihan sudah sampai dan dia masuk ruangan Fahri
dengan kecepatan penuh … aneh … lalu aku duduk dikursiku sendiri. Kudengar beberapa
pegawai berbisik kalau Jihan dan Fahri bertengar.dan pintu ruangan Tim Fahri
terbuka disitulah kulihat Arini dan Jihan berbicara entah apa? Aku mendekat
untuk menyapa Arini namun kudengan kata yang tidak seharusnya kudengar.
“Pelakor,
pelakor … pengkhianat … ,” Kata Jihan dengan geram kearah Arini dan berjalan keluar
dengan marah. Saat Arini mau menyusul tiba-tiba Fahri mencengkal lengannya dan
menarik kedalam ruangan. Aku terkejut apalagi semua ornag juga terkejut.
Akhirnya aku duduk
dengan dongkol, mengingat apa ynag dilakukan Fahri pada Arini, dan sebenarnya
juga penasaran apa sih yang diomongi lagi. Apalagi semua mata memandang ke
ruangan itu. Aku hanya bisa memandang pintu itu dengan marah tetapi tidak punya
hak sama sekali.
**********
“Fahri apa ynag kau lakukan?’ teriakku
karena baru sadar yang menarikku ke ruangan adalah Fahri dan semua akryawan
dikantor melihat kejadian itu. Seharusnya kan Fahri mengejar Mbak Jihan?
“Duduklah dulu aku akan menjelaskan semua”
“Seharusnya kamu kejar mbak Jihan, selesaikan
masalahmu dengannya”, kataku memberondong saja, karena menurutku tingkah laku
Fahri ini aneh.
“Dengarkan aku Arini, duduklah dulu!”
kata Fahri mengiba, dan berhasil akupun duduk di depannya dengan melipat
tangan.
“Maafkan aku Rin, aku membutuhkan
bantuanmu …kau tahu sendirikan Jihan seperti apa? Dia keras kepala dan bisa
melakukan apa saja … untuk itu aku perlu bantuanmu”, Jelas Fahri panjang lebar.
“Bantuan apa ynag kau inginkan?”
“Kau tahu kan Jihan tidak akan menyerah
meskipun aku ingin menceraikannya”
“Apa kamu mau menceraikan Jihan”
“Iya … kau tahu sendiri hubunganku dengan
jihan tidak diawali dengan cinta hanya bisnis saja”
“terus”
“Kau tahu perasaanku kepada siapa? Ayyin
dan Ayyin benar-benar lemah, aku gak mau dia menderita kalau Jihan sampai tahu
aku mencintai Ayyin,” terang Fahri dengan wajah kusut dan gelisah.
“Apa!!!” Aku terkejut dan melongo dengan
pemikiran Fahri tersebut. Apa maksudnya ini?
“Aku bilang pada Jihan kalau aku
mencintaimu” Jederrr seperti disambar petir kenyataan yang ada dihadapanku.
Apakah ini Fahri yang kukagumi? Apakah ini Fahri yang kusukai? Apakah ini Fahri
yang kurindukan? Hadech … apa-apan ini. Memangnya manusia itu bisa ditata
olehnya. Aku dijadikan tameng untuk menghadapi Mbak Jihan????
Komentar
Posting Komentar