MANAJEMEN STRES KALA PANDEMI
Tambahkan teks |
“Jangan ganggu, kaka lagi stres nich … tugas berjibun,”
Kata Kakak.
“Aduh Nak, kenapa kamu menambah stres ibu?” Kata
seorang Ibu pada anaknya yang tidak mengerjakan tugas dan menerima WA dari
gurunya.
“Bapak lagi banyak pekerjaan, jangan ganggu, nanti
Bapak bisa stress.”
“Aduh … kenapa sekolah tidak segera masuk sich …
sinyal di rumah bikin stres.”
Stres kata yang menjadi viral dimasa Pandemi
Covid-19. Memang dalam masa pandemic Covid-19
ini, banyak kegidupan mengalami perubahan yang cepat sehingga berpengaruh
secara fisik dan psikolgi bagi semua individu. Baik individu remaja, tua, atau
dewasa. Kehidupan dalam masyarakat serasa berhenti dengan adanya pembatasan
dalam aktivitasnya. Sebenarnya stres itu apa sich? Mengapa terjadi? Bagaimana cara
menghadapinya? Yks kita bahas …
Stres menurut
KBBI, artinya gangguan atau kekacauan mental dan emosi yang disebabkan oleh faktor
dari luar, ketegangan. Secara
teknis psikologik, stres didefinisikan sebagai suatu respons
penyesuaianSeseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau
mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. Menurut
Goliszek, 2005:1) Stres merupakan suatu respon adaptif individu pada berbagai
tekanan atau tuntutan eksternal dan menghasilkan berbagai gangguan meliputi
gangguan fisik, psikologi dan perilaku. Jadi stres merupakan suatu respon
fisiologik ataupun perilaku terhadap stresor hal yang dipandang sebagai penyebab
cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis),
baik internal maupun eksternal.
Dalam pengertian
ini, bisa kita perjelas bahwa stres bersifat subjektif sesuai persepsi orang
yang memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi seseorang belum
tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain. Mengapa stres
itu sering terjadi pada remaja? Jelas akrena remaja sedang mencari jati diri
dengan terjadinya perubahan hormonal, tingkat penyesuaian diri dan interaksi
denga orang lain. Hinton
(1989) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan hormonal,
perubahan tingkat dan pola hubungan sosial sehingga remaja cenderung
mempersepsikan orang tua secara berbeda.
Ada sebab ada akibat, begitu pula dengan stres yang merupakan akibat
dari suatu sebab. Apa sich yang menyebabkan orang atau individu itu stres? Mungkin
bisa kita bagi menjadi 2 faktor yaitu faktor fisik dan psikis. Menjawab kata
tanya mengapa stres bisa terjadi?
Faktor fisik:
Dalam faktor
fisik tentu saja yang terlihat secara fisik. Seperti adanya perubahan dari
anak, remaja, dewasa, dan manula. Setiap mengalami perubahan tersebut akan
diiringi dengan reaksi sikap dari perilaku individu. Misalnya saat tubuh
tiba-tiba berubah menjadi tumbuh tidak sama dengan temannya maka individu itu
akan merasa minder dan stres. Perubahan
kondisi tubuh masa
remaja; haid, hamil, proses menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur,
tekanan terhadap tubuh yang memunculkan reaksi pada tubuh, reaksi terhadap ancaman dan perubahan lingkungan mengakibatkan perubahan pada
tubuh individu tersebut dan menimbulkan stres
Faktor fisik ada yang dari diri ada yang dari
luar yaitu lingkungan. Lingkungan
kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri seperti antara lain:
cuaca, kebisingan, kepadatan,tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman
terhadap rasa aman dan harga diri, tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian
diri, perubahan keluarga.
Dalam masa pandemic Covid-19 ini memang
sangat berpengaruh. Adanya perubahan fisik dan tidak bisa menyalurkan secara
bebas karena lingkungan terjadi pembatasan membuat stres semua individu dan
semakin banyak.
Faktor Psikis:
Faktor psikis berhubungan dengan kondisi emosial dan kejiwaan kita tadi
yaitu stres. Dengan adanya perubahan maka kondisi mental yang berhubungan
dengan pikiran juga berubah. Pikiran
menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentukan kapan
menekan tombol panik. Bagaimana seseorang itu memberi makna atau label pada
pengalaman dan antisipasinya ke depan, bisa membuat kita rilek atau tambah stres.
Nah, saat semuanya berjalan normal tanpa
adanya pandemi mungkin paniknya memiliki kadar 50 % atau fifty-fifty dengan
semua yang terjadi dilingkungan sekitar. Tetapi karena pandemi ini maka jenis
paniknya auto 100 %. Mencemaskan masa depan, mencemaskan apa yang kan terjadi
bulan depan, dan mencemaskan besok aku mau menegrjakan apa? Merupakan kondisi
mental semua individu di dunia.
Ada sejumlah gejala yang bisa
dideteksi, apakah termasuk stres atau tidak yuk pantengi penjelasan di bawah
ini:
1. Gejala
Fisiologis, Denyut
jantung bertambah cepat, banyak berkeringat (terutama keringat dingin),
pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin
buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung.
2. Gejala Psikologis, Resah,
sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak
enak perasaan, atau perasaan
kewalahan (exhausted) dsb
3. Gejala perilaku, Berbicara
cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, ticks, gemetaran,
berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).
Nah kalau merasa menemukan gejala-gejala terjadi pada
dirimu maka apa yang akan dilakukan? Sebelum itu ternyata dampak stres itu
sangat besaar loh. Sama dengan gejala maka dampaknyapun ditinjau dari 3
komponen yaitu:
1. Dampak
Fisiologis
Secara
umum orang yang mengalami stres
mengalami sejumlah gangguan fisik seperti: mudah masuk angin, mudah
pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang
tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti,
hypertensi, dst. Secara rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut :
a. Gangguan pada organ tubuh,
- Muscle
myopathy; otot tertentu mengencang/melemah
- Tekanan darah naik; kerusakan jantung dan
arteri
- Sistem
pencernaan; mag, diarrhea
b. Gangguan pada sistem reproduksi
- Amenorrhea;
tertahannya menstruasi
- Kegagalan
ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi semen pada pria
- Kehilangan
gairah sex
c. Gangguan pada sistem pernafasan : asthma,
bronchitis
d. Gangguan lainnya, seperti
pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dst
2. Dampak
Psikologis
• Keletihan
emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral
bagi terjadinya burn – out.
• Terjadi
depersonalisasi ; Dalam keadaan stres
berkepanjangan, seiring dengan kelelahan/keletihan emosi, kita dapat melihat
ada kecenderungan yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai sesuatu
ketimbang sesorang.
• Pencapaian
pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa
kompeten & rasa sukses.
3. Dampak
Perilaku
• Manakala
stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku
yang tidak berterima oleh masyarakat.
• Level
stres yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan mengingat informasi,
mengambil keputusan dan langkah tepat.
• Mahasiswa/ siswa
yang ‘over-stresed’ ~ stres berat seringkali banyak membolos atau tidak
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
Setelah tahu dampak yang
akan dialami jika stres tetap dibiarkan sangat memeperngaruhi kehidupan
individu sendiri dan sekitarnya maka perlu dilakukan penanganan yang akurat. Salah
satunya dengan metode STRES (Study Skill,
Time Management, Rest, Eating & Excersice,Self Talk and Social support)
S, Study skills
Ada banyak hal
yang perlu dipelajari, yang ingin diketahui, ada banyak kegiatan yang ingin
diikuti, waktu terbatas. Oleh karena itu, agar tidak menjadi stres, seyogyanya seorang individu memiliki study skill mengelola lkemampuan yang
dimiliki.
T, Time management
Selain skill
belajar, skill penting yang juga perlu dikuasai
untuk menangani stres adalah manajemen waktu, untuk keperluan tersebut individu perlu
memiliki paradigma waktu yang tepat dalam melatih atau membiasaakan diri mengatur semua
kegiatannya. Bisa berupa jadwal ya…
Rest - Rehat
(istirahat)
Tubuh by
default memerlukan jedah, istirahat. Perlulah memahami bagaimana speeding
up, tetapi juga arif dan terampil untuk slowing down. Bila tidak
memiliki keterampilan istirahat, leisure, santai ( bukan leha-leha) maka besar
kemungkinan akan mengalami
stres. Ingat tidurlah minimal 6 jam maksimal 8 jam. Bukan hanya
mata tetapi tubuh yang diistirahatkan
Eating &
Exercise – Makan dan Olahraga Kebugaran
Tubuh
memerlukan asupan juga yang bergizi dan seimbang. Selain makanan, perlu untuk
menggerakkan tubuh dengan olah raga. Dengan asupan gizi seimbang, olahraga
didukung vitamin maka tubuh akan rilex dan bugar kembali, dan stress akan
jauh-jauh dari individu tersebut loh.
Self-talk -
Percakapan kalbu
Sejak kecil kita
punya ‘perlengkapan’ berpkir yaitu percakapan kalbu, dimana kita biasa
mendengar apa yang kaya hati atau hati nurani katakana kepada kita. Isi
percakapan itu bias positif, membuat kita optimist, tetapi seringkali juga
negative, membuat kita tertekan-stres. Berbicara pada diri sendiri adalh metode tepat untuk
mengurnagi stress. Kata “Pokok”, “Harus”seyogyanya dihindari saar sedang self
talk. Mengapa? Karena kata itu akan menuntut kita untuk melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan kapasitas tubuh kita. Ubah menjadi “Bisa”.
Social support -
jaringan pendukung
Manusia adalah
makhluk sosial, jadi pada hakikatnya tidak tahan sendirian, butuh perasaan
tidak sendiri, tetapi punya sejumlah orang yang saling peduli, yang akan merasa
kehilangan manakala lama tidak saling bertemu atau berkomunikasi. Dalam keadaan
stres memang sebaiknya kita memerlukantempat untuk berbicara
dan mendukung keputusan yang akan diambil sehingga rasa stress berkurang.
Itu semua
penjelasan yang bisa dirangkum untuk dijadikan referensi saat Pandemi Covid-19
ini. Mungkin terbesit kata “aku akan mencegah sebelum terjadi” memang dengan
sedia paying sebelum hujan itu diperlukan. Untuk itu karena perubahan ini sudah
mencapai hampir 8 bulan, maka kita berlu melakukan adaptasi kebiasaan baru yang
mengikuti protokol kesehatan. Dengan mempersiapkan secara lahir dan batin.
Batin disiapkan dengan tetap beribadah dan berdoa untuk dijauhkan dari segala
penyaki. Lahir disiapkan dengan menerima yang terjadi, misalkan jika memang
tidak bisa jualan kue maka buat saja secara jualan online, dsb. Semangat selalu
untuk selalu berkarya meskipun dalam masa Pandemi Covid-19 dengan melaksanakn
Adaptasi kebiasaan baru (AKB).
#Be your self
#Don’t worry be happy
#jaga jarak, cuci tangan, pakai masker
#salam sehat semua
sumber bacaan:
1. Slamet, dkk 2016, Materi Layanan Klasikal Bimbingan dan
Konseling untuk SMA-MA kelas 12,
Yogyakarta, Paramitra Publishing
2.
Triyono, Mastur, 2014, Materi Layanan Klasikal Bimbingan dan
Konseling bidang pribadi, Yogyakarta, Paramitra
3.
Hutagalung, Ronal. 2015. Ternyata Berprestasi ItuMudah. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
4. EliasaImania Eva, Suwarjo.2011.Permainan (games)
dalamBimbingandanKonseling.Yogyakarta: Paramitra
Sudah terlanjur merasa stress bu. Memahami diri sendiri saja sulit, apalagi org lain 😅😂😂
BalasHapusAlhamdulillah, masih bisa menerima keadaan bu😅
BalasHapusStres mungkin iya, ngeluh juga setiap hari hehee
BalasHapusTapi ya tetep berusaha ngerjain semua dan nyemangatin diri sendiri tiap hari sihh
Pas banget cirinya susah tidur gegara mikir tugas dan deadline mepet. But so far bisa diatasi dengan motivasi diri dan refresh
BalasHapusStress bersumber dari diri sendiri. Kalau pandai mengelola pikiran & waktu tentu tidak akan mudah stress. Waktu belajar, gunakan untuk belajar bukan untuk main main. Tidak ada masalah yg tidak bisa diselesaikan. Tidak menunda-nunda mengerjakan tugas, itu cara biar tidak stress. Ngoten nggih Bu Dev.
BalasHapusTerima kasih bunda @g joela ... iya begitulah ...
Hapus